Sabtu, 29 Juni 2013

Mau dibawa Kemana Sampah Kita ?


Masih banyak orang berpikir bahwa “membuang sampah pada tempatnya” adalah solusi untuk masalah persampahan, padahal kalimat itu sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Sekedar  membuang sampah pada tempatnya hanyalah memindahkan lokasi penumpukan sampah dari ruang yang kecil (skala rumah tangga) ke ruang yang lebih besar, dalam hal ini TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Metode tersebut sama sekali tidak mengurangi timbulan sampah yang ada.

Tahun 2005 merupakan catatan terburuk dalam pengelolaan persampahan di Bandung dengan meledaknya TPA Leuwigajah. Tetapi perlu diperhatikan bahwa tragedi tersebut tidak terjadi begitu saja dalam waktu yang singkat, melainkan akibat dari pengelolaan persampahan yang tidak tepat selama bertahun-tahun. Tentu saja ini bukan hanya tanggung jawab Pemerintah atau Dinas Kebersihan, tetapi tanggung jawab setiap individu yang berpotensi menyumbang timbulan sampah.
 
Saat beraktivitas setiap hari selalu ada sampah yang dihasilkan, baik kecil maupun besar. Seringkali kita tidak memikirkan perjalanan selanjutnya sampah tersebut; akan kemana dan jadi apa sampah yang kita buang. Kita hanya selesai pada tahap “terbebas dari sampah” padahal sampah itu kemudian menjadi masalah bagi orang lain. Sampah yang kita buang ke tempat sampah akan berkumpul dengan sampah-sampah yang juga dibuang oleh orang lain, lalu berakhir di TPA dan bertambah setiap saat. Jika begitu, siap-siap menghadapi lagi tragedi Leuwigajah.

Penanganan sampah sebaiknya dilakukan dari sumbernya, yaitu skala rumah tangga. Jika kita bisa meminimalisir keluarnya sampah dari rumah, tentu akan sangat mempengaruhi timbulan sampah yang ada di TPA. Cara yang paling efektif untuk mewujudkan itu adalah kurangi volume sampah (reduce). Bagaimana caranya? Mudah saja. Berikut ini beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan:
  • Biasakan membeli sesuatu yang tidak menghasilkan terlalu banyak sampah, terutama sampah plastik. Ini bisa disisasati dengan membeli dalam jumlah banyak sekaligus.
  • Mulailah memilah sampah sesuai jenisnya. Sampah organik bisa dijadikan kompos dengan metode yang sederhana. Ini bisa mengurangi hampir 60% sampah di rumah kita.
  • Biasakan juga memanfaatkan barang-barang yang masih bisa digunakan (reuse). Misalnya botol-botol atau kaleng yang masih layak pakai dapat dimodifikasi dan dihias menjadi vas bunga.
  • Gunakan kertas bolak-balik. Selain mengurangi timbulan sampah, menghemat penggunaan kertas juga berarti mengurangi percepatan kerusakan hutan karena sebagian besar kertas yang diproduksi masih berbahan baku kayu.
  • Jika memungkinkan, kita pun bisa mencoba mendaur ulang (recycle). Sampah kertas paling umum didaur ulang karena dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Jika kita tidak bisa mendaur ulang sendiri, kita cukup mengumpulkan dan menjualnya kepada pengumpul barang bekas. Dengan begitu, sampah kita tidak akan menumpuk di TPS atau TPA tetapi bernilai guna.
Catatan penting dalam menangani permasalahan sampah adalah mulailah menjadi bijak. Semoga dengan begitu lingkungan kita menjadi tempat yang selalu nyaman untuk dihuni.

0 komentar:

Posting Komentar