Pada akhir 2013 tepatnya bulan November silam. Saya coba ikutan lomba foto yang bertemakan air yang diadakan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI).
Lomba yang diumumkan via media sosial twitter ini, mengajak siapa saja yang ingin berpartisipasi untuk bersama-sama menjaga dan merubah (sedikit demi sedikit) perubhan iklim yang tengah terjadi sekarang ini.
Memang perubahan iklim ini tak terasa dan terlihat, waktunya pun bukan waktu mingguan maupun bulanan namun tahunan bahkan ribuan tahun menurut tahun geologi. Namun lambat laun kita pun merasakan perubahan iklim tersebut, baik cuaca yang tak menentu hari-hari ini ataupun es dikutub yang kian hari kian mencair.
Terlepas dari itu, lomba foto ini bagi saya merupakan wahana untuk bertemu dan bertukar pikiran dengan para aktivis lingkungan, para pemerhati dan mereka yang menaruh perhatian lebih untuk lingkungan.
Betapa bahagianya ketika diumumkan via twitter foto yang saya kirim masuk nominasi 10 foto yang terbaik. Mungkin dari segi anggel kamera maupun teknik photograpi foto saya yahh bisa dibilang standarlah. Tapi dari segi isi cerita di foto mungkin bisa dibilang lumayan.
|
Foto Yang Di Lombakan |
Foto saya ambil pagi-pagi ketika sedang iseng iseng turun ke Sungai Citarum yang sedang surut. Ketika turun saya lihat seorang Kakek yang sedang menjala ikan ditengah kotor dan hitamnya Sungai Citarum.
|
Entog (Bahasa Sunda) Sedang bermain dan minum di pinggir Citarum |
|
Proses pembangunan jembatan dekat UNSIKA (2013) |
Lanjut cerita, pengumuman pemenang di lakukan di Gd XI Epicentrum, Jakarta. Saya berangkat 3 orang, saya, Ana dan Aab. Sengaja saya ajak 2 orang ini karena saya tidak tahu jalan-jalan di Jakarta.. (Katro yah)..
Sempat nyasar nanya sana nanya sini, akhirnya nyampe juga. Gedung berdekatan dengan Kantor TV One di Jln.Rasuna Said. Ketika tiba, biasa foto-foto eksis dan lihat buku-buku bacaan yang bertemakan lingkungan hidup.
Acaranya pun beragam selain pengumuman foto, pameran buku lingkungan hidup juga nonton bareng Film Dokumenter "Setelah Hujan Datang". Dimana film ini menceritakan tentang susahnya air di Kepulauan Seribu, untuk air minum dan mandi mereka menunggu air hujan karena dengan hidup di pulau dan kelilingi air laut maka air tanahnya terasa asin air laut yang meresap dan tidak sehat untuk dijadikan air untuk mandi apalagi dikonsumsi.
|
Pemutarab Film Dokumenter "Setelah Hujan Datang" yang juga di lombakan di Eagle Award Film Dokumenter Metro TV |
Walau tak juara, tak apa. Juara dan menang bukan itu tujuan, yang penting tambah ilmu, tambah pengalaman.
Salam Bumi
Ahmad Jamaludin
Awas, Jangan Lupa !!