Rabu, 20 April 2016

Tergugah Oleh Film Madre


Madre (2013)
Saat tengah nonton televisi dirumah, dimalam minggu yang tak kemana-mana. Mengisi kekosongan dengan tiduran dan ganti-ganti channel televisi. Tak sengaja lihat film yang dibintangi oleh Vino G Sbastian dan Laura Basuki di Trans 7, melihat sekilas dari akting dan pilihan kata-kata di skenarionya langsung merasa bahwa film ini bagus dan sesuai dengan genre yang saya sukai.

Adalah Madre nama filmya. Wajar saja dari pilihan kata dan isi setiap kata yang menjadi kalimat, seakan film ini renyah untuk didengar dan dicerna.

Setelah nonton sampai habis, jadi penasaran siapa saja dibalik film ini. Ternyata setelah tanya ke Mang Google, Madre adalah film yang di adaptasi dari Salah satu Novel Best Sellernya Dewi Lestari atau yang lebih dikenal dengan "Dee".

Tak aneh emang karya Dewi Lestari selalu menjadi pelipur lara dan penyegar jiwa bagi saya lewat qoute juga tulisan yang ringan dan mudah dibaca.



Filosofi Kopo ; Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
Waktu pertama "kenalan" dengan karya Dewi Lestari adalah membaca kumpulan Prosa yang bertajuk [Filosopi Kopi] yang saya pinjam diperpustakaan. Dari situ saya mulai terbawa arus riaknya tulisan-tulisan Dewi Lestari. Dan kesini-kesininya merambah ke film yang diadaptasi dari Karyanya mulai dari Perahu Kertas 1 dan 2 juga Rectoverso.

Kembali ke judul, sosok Tan Sen yang diperankan oleh Vino dalam film seakan menggambarkan diri saya. Sosok yang ingin bebas terbang, berlayar ditengah samudera untuk mencari ombak yang diinginkan tapi terlalu nyaman dengan obsesi dan lupa dengan hal-hal yang mesti dilakukan manusia pada umumnya.

Initinya, kita harus "mencari keseimbangan" antara idealis dan realistis. Sosok Tan Sen yang mengedepankan idealisnya (bahkan terlalu depan) dan menyampingkan realitas kehidupan manusia sosial pada umumnya.

Pada akhirnya, Tan Sen atau pun saya berjalan dengan hanya satu sisi (saja).
Namun pada endingnya, sosok Tan Sen berubah dan mulai menata hidup saat ada "sesuatu" yang menariknya agar hidup seimbang dan tak berjalan disatu sisi saja.
Mungkin itu yang saya cari dan tunggu untuk membantu agar hidup bisa "seimbang".

Entahlah, yang jelas selama masih ada ruang dan waktu, saya akan terus mencari dan menunggu "sesuatu" yang bisa menarik itu untuk mencapai "titik keseimbangan".




Ahmad Jamaludin

Hari berganti hari, waktu kian kencang berlari.

Entah saya yang lamban atau memang waktu yang berjalan begitu cepat.
"Diri" yang hari ini terasa keropos, terkikis entah oleh apa.
Jiwa ini pun seakan berjalan tak singkron dengan pikir dan raga.

Mencari sebab, mencari akar "kenapa" itulah yang sedang saya cari.
Mungkin inilah pase dimana manusia untuk menjadi lebih dewasa.

Dewasa disini bukan hanya sekedar soal kuantitas umur melainkan dewasa dalam kualitas berfikir, berkata dan berbuat.

Kita juga sering melihat orang Dewasa tapi seakan "masih" anak-anak. Juga anak-anak yang seakan "dewasa". Tentunya tahap mencapai dewasa ini butuh proses dan prosesnya pun pastinya berbeda setiap orang.

Mungkin juga inilah salah satu cara Tuhan untuk mengajak berbicara dengan hamba-Nya, dimana dalam "kegelisahan" ini menuntun kita untuk bertanya dan mencari jawaban kepada-Nya.
Ketika sesama manusia bahkan jiwa kita tak mampu untuk dimintai jawaban.
Dan menandakan bahwa kita tidak hidup sendiri di alam yang megah ini.



Ahmad Jamaludin

Senin, 18 April 2016

Lomba Foto Tentang Air

Pada akhir 2013 tepatnya bulan November silam. Saya coba ikutan lomba foto yang bertemakan air yang diadakan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI).

Lomba yang diumumkan via media sosial twitter ini, mengajak siapa saja yang ingin berpartisipasi untuk  bersama-sama menjaga dan merubah (sedikit demi sedikit) perubhan iklim yang tengah terjadi sekarang ini.

Memang perubahan iklim ini tak terasa dan terlihat, waktunya pun bukan waktu mingguan maupun bulanan namun tahunan bahkan ribuan tahun menurut tahun geologi. Namun lambat laun kita pun merasakan perubahan iklim tersebut, baik cuaca yang tak menentu hari-hari ini ataupun es dikutub yang kian hari kian mencair.

Terlepas dari itu, lomba foto ini bagi saya merupakan wahana untuk bertemu dan bertukar pikiran dengan para aktivis lingkungan, para pemerhati dan mereka yang menaruh perhatian lebih untuk lingkungan.

Betapa bahagianya ketika diumumkan via twitter foto yang saya kirim masuk nominasi 10 foto yang terbaik. Mungkin dari segi anggel kamera maupun teknik photograpi foto saya yahh bisa dibilang standarlah. Tapi dari segi isi cerita di foto mungkin bisa dibilang lumayan.



Foto Yang Di Lombakan

Foto saya ambil pagi-pagi ketika sedang iseng iseng turun ke Sungai Citarum yang sedang surut. Ketika turun saya lihat seorang Kakek yang sedang menjala ikan ditengah kotor dan hitamnya Sungai Citarum.






Entog (Bahasa Sunda) Sedang bermain dan minum di pinggir Citarum

Proses pembangunan jembatan dekat UNSIKA (2013)

Lanjut cerita, pengumuman pemenang di lakukan di Gd XI Epicentrum, Jakarta. Saya berangkat 3 orang, saya, Ana dan Aab. Sengaja saya ajak 2 orang ini karena saya tidak tahu jalan-jalan di Jakarta.. (Katro yah)..



Sempat nyasar nanya sana nanya sini, akhirnya nyampe juga. Gedung berdekatan dengan Kantor TV One di Jln.Rasuna Said. Ketika tiba, biasa foto-foto eksis dan lihat buku-buku bacaan yang bertemakan lingkungan hidup.



Acaranya pun beragam selain pengumuman foto, pameran buku lingkungan hidup juga nonton bareng Film Dokumenter "Setelah Hujan Datang". Dimana film ini menceritakan tentang susahnya air di Kepulauan Seribu, untuk air minum dan mandi mereka menunggu air hujan karena dengan hidup di pulau dan kelilingi air laut maka air tanahnya terasa asin air laut yang meresap dan tidak sehat untuk dijadikan air untuk mandi apalagi dikonsumsi.
Pemutarab Film Dokumenter "Setelah Hujan Datang" yang juga di lombakan di Eagle Award Film Dokumenter Metro TV


Walau tak juara, tak apa. Juara dan menang bukan itu tujuan, yang penting tambah ilmu, tambah pengalaman.




Salam Bumi



Ahmad Jamaludin

Kamis, 14 April 2016

Mengejar Waktu



Untuk soal konsistensi, tak perlu ditanya lagi. Dialah Waktu

Waktu tak pernah mau berjalan pelan atau pun berhenti sejenak. Dan Langkahnya yang detik demi detik berjalan, tahap demi tahap dilewati terus berjalan walau "terkesan" lambat. Tak jarang (malah tak pernah) manusia sadari bahwa mereka telah tertinggal jauh (sekali).

Ini sesuatu yang tak diputar kembali, tak seperti kaset, ketika ingin diulang yaah tinggal di putar. Tak pula seperti main game, jika kalah atau salah langkah..yahh tiggal diresume atau "reset".

Andai Doraemon mau meminjamkan mesin waktunya atau saya punya kekuatan untuk memutar waktu, saya ingin merubah beberapa hal yang saya anggap salah dan tersia-siakan.

Padahal Allah telah memperingatkan manusia dengan Wahyu-Nya dalam Al-Quran Surat Al-'Ashri (Demi Masa), namun yahh.. inilah daya saya selaku manusia yang punya sifat lupa dan mudah terbuai.

Tapi apa mau dikata, kemarin adalah sejarah, hari ini adalah sebab dan esok adalah akibat.

Untuk menciptakan "akibat-akibat" yang sesuai dengan keinginan. Maka, "sebabnya" itu harus ditata ulang tak lupa pula dilumuri Doa, biar Ridho dan Berkah Tuhan tumbuh.

Ayo.. !! Lari lagi, kita kejar waktu yang sempat meninggalkan.
Tak apa, kalau capek istirahat, minum lalu gogoleran dulu.


Ahmad Jamaludin



Minggu, 10 April 2016

Mencari Keseimbangan


Foto ; moeflich.wordpress.com



Mencari adalah insting alami setiap manusia.
Keseimbangan hidup juga harus dicari. Karena untuk "terbang" itu butuh kedua sayap.
Keseimbangan rohani (mungkin) saya sudah temukan.
Namun, untuk keseimbangan jasmani (duniawi) saya belum menemukan.
Apa masih proses atau mungkin belum bergerak untuk mencari ?

(Ahmad Jamaludin)

Kemanakan Mimpi ini ?


Foto : kolom.abatasa.co.id
Seperti katamu, dalam menaruh mimpi jangan simpan terlalu tinggi karena suatu saat ketika kamu ingin meraihnya, mimpi itu terlalu tinggi untuk kamu gapai.

Namun, inilah manusia yang diberi rasa, fikir, dan naluri yang berbeda- beda.
Saya punya keyakinan, bahwa mimpi itu memang harus disimpan tinggi-tinggi. Bukan melangitkan impian maupun melemparkan  impian, tapi selayaknya mimpi itu memang harus tinggi. Karena, apa yang kita rasakan dan nikmati saat ini merupakan mimpi-mimpi yang melangit dari para pendahulu kita.

Memang jika mimpi itu tinggi maka hal untuk meraihnya pun pasti tak mudah, harus adanya perjuangam untuk membuat tangga agar mampu meraih dan memetiknya.

Tugas manusia adalah berusaha menikmati proses disetiap tahapnya, untuk hasil biar Dia-lah yang menentukan.
Karena Hidup penuh dengan Rahasia-Nya.

(Ahmad Jamaludin)

Belajar Dari Air


Foto : Lesaupayau.wordpress.com
Hari - hari yang tak berubah dari kemarin - kemarin masih saja begini tanpa ada yang berubah.

Mungkin saya harus belajar dari air, dimana setiap tetesnya yang jatuh terus menerus pada sebuah batu, maka sebuah batu yang keras itu kan berlubang.

(Ahmad Jamaludin)