Selasa, 07 Februari 2012

Candi Jiwa Kabupaten Karawang


Belum lama ini saya berkunjung ketempat sejarah yang berada dekat dengan rumah saya, saya sangat bangga akan keberadaannya. untuk itu saya akan mencoba menceritakan sedikit tentang sejarah CANDI JIWA ini.

Batujaya adalah sebuah desa di tepi Sungai Citarum, sekitar 20 km di sebelah barat laut kota Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Batujaya hanya 20 km dari Ujung Karawang – tempat bermuaranya Sungai Citarum di Laut Jawa yang membentuk delta. Sekitar 25 km ke sebelah timur, terdapat kampung Cibuaya – sebuah kampung yang di kalangan para ahli arkeologi terkenal sebab di dalamnya terdapat situs Cibuaya yang menyingkapkan artefak-artefak penting pra-sejarah (Neolitikum) Jawa Barat dan Indonesia. Cibuaya terletak 5 km dari tepi pantai. Dulu, mungkin Batujaya dan Cibuaya terletak di tepi pantai, sedimentasi Kuarter di wilayah ini sangat aktif.

Batujaya sekarang terletak di tengah hamparan sawah. Telah 22 tahun situs ini digali dan dipelajari para ahli arkeologi Indonesia dan mancanegara. Situs ini pertama kali diketahui tahun 1984, semula berupa bukit-bukit kecil di tengah sawah, penduduk setempat menyebutnya unur-unur (bukit-bukit kecil). Sekarang tak ada lagi bukit-bukit tetapi candi-candi hasil rekonstruksi dan lubang-lubang parit dan terbuka galian para archaeologists.

Hasan Djafar, ahli arkeologi UI, kepala tim penggalian situs Batujaya, menerangkan dengan runtut penemuan situs ini. Penggalian yang telah berlangsung selama 22 tahun ini telah menghasilkan banyak penemuan artefak : bongkah2 bata merah yang kemudian bisa direkonstruksi menjadi candi-candi yang cukup besar, tembikar-tembikar, manik-manik, tablet-tablet tanah liat dan yang mengejutkan dan baru ditemukan tahun 2006 ini (terutama Juli 2006) adalah penemuan puluhan kerangka manusia yang masih utuh dari tengkorak sampai tapak kaki.
Dua orang perempuan ahli arkeologi berkebangsaan Prancis dan Belanda khusus datang ke situs ini untuk mengekskavasi kerangka-kerangka di situs Batujaya, mengambil beberapa sampel tulang dan gigi dan akan melakukan penelitian DNA atas fosil tulang dan gigi guna mendapatkan data karakteristik ragawi yang lebih lengkap. Metode terbaru dalam arkeologi adalah bahwa pengambilan spesimen fosil suatu ras manusia harus dilakukan oleh ahli arkeologi dari ras yang berlainan. Mungkin, ini untuk menghindarkan kontaminasi saat pengambilan sampel. Karena kerangka manusia di Batujaya diperkirakan dari ras Indonesia, yaitu Mongolid, maka yang mengambil sampel adalah orang2 dari ras Eropa (Kaukasoid).

Penelitian lebih dari 20 tahun ini tentu telah menghasilkan beberapa kesimpulan sementara, yaitu : (1) situs ini berumur di ambang pra-sejarah dan sejarah Indonesia (abad ke-4 dan ke-5 Masehi, saat ini batas pra-sejarah dan sejarah Indonesia adalah tahun 400 Masehi), (2) Candi Batujaya terbuat dari batamerah dan mempunyai ciri-ciri candi Budha, (3) tembikar dan manik-manik yang ditemukan adalah dari masa Neolitikum, (4) votive tablets (semacam meterai) dari tanah liat bakar bertuliskan tulisan pendek dalam aksara Palawa.
Implikasi penemuan situs Batujaya ini sangat penting bagi perkembangan kepurbakalaan Indonesia, Jawa khususnya. Situs di pinggir Citarum ini menunjukkan bahwa masyarakat purbakala Indonesia telah cukup terorganisasi dan siap untuk meningkatkan peradaban. Keberadaan Candi Batujaya meruntuhkan mitos bahwa di Jawa Barat tidak ada candi lain selain Candi Cangkuang (candi Syiwa) di Leles Garut. Candi Batujaya justru adalah candi yang paling tua di tanah Jawa yang berasal dari abad ke-4 atau ke-5. Juga, Candi Batujaya ini meruntuhkan mitos bahwa candi-candi yang berumur lebih mudalah yang dibangun dari bata merah setelah candi yang lebih tua dibangun dari batuan gunung (andesitik) (model candi Jawa Tengah ke Jawa Timur).
Aksara di tablet2 tanahliat yang ditemukan di Batujaya sama dengan aksara yang dipakai pada prasasti-prasasti Tarumanagara yang ditemukan lebih tersebar di daerah Jawa Barat. Bagaimana hubungan Batujaya dengan Tarumanegara dan juga kerajaan-kerajaan Sunda sesudahnya (Galuh, Sunda, Pajajaran). Penanggalan absolut dan posisi stratigrafik situs Batujaya dan situs2 lainnya di Jawa Barat akan menjawab hal ini.

Bagaimana pula hubungannya dengan pengaruh pedagang-pedagang India beragama Hindu dan Budha adalah persoalan tersendiri yang harus dijawab. Penggalian dan penelitian di Situs Batujaya masih terus berlangsung, analisis laboratorium atas sampel-sampel artefak dan fosil dari Batujaya masih terus dilakukan. Data hasil analisis DNA pada kerangka2 manusia yang ditemukan di situs ini nanti akan mengungkapkan banyak fakta. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama, kita akan dapat mendengar hasilnya.

Situs Batujaya begitu pentingnya buat prasejarah dan awal sejarah bangsa Indonesia. Dan, situs Batujaya menghadirkan artefak dan kerangka manusia yang begitu lengkapnya, tak pernah dalam sejarah arkeologi ditemukan artefak dan kerangka manusia pembuatnya dalam satu tempat secara sangat lengkap.

Tetapi, penelitian arkeologi di situs Batujaya harus berdampingan dengan kepentingan ekonomi pesawahan Karawang sebagai lumbung padi nasional, dan rencana Pertamina dalam mengembangkan penemuan minyak di Pondok Tengah. Mungkin, tumpang-tindih lahan penelitian dan kepentingan ekonomi kelak akan terjadi.

Secara ekonomi, Situs Batujaya bisa saja dianggap tak menguntungkan, namun dilihat dari sudut kebutuhan memperkuat jati diri bangsa, maka sejarah bangsa yang jelas terbaca adalah sebuah modal pokok untuk berjati diri. Bangsa yang dihapus sejarahnya akan menjadi bangsa yang tidak percaya diri, yang dengan mudah akan dijadikan sasaran dominasi bangsa lain. Siapa tahu Situs Batujaya kelak mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang telah berbudaya tinggi sejak zaman pra-sejarah pun
Kalo nggak salah sih Candi yg ditemukan pd Situs Batujaya udah hancur semuanya . 
Oh ya katanya sih Situs Batujaya berhubungan erat dgn hilangnya pengaruh Agama Hindu dan Budha di Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar