16. Lupa Tanggal Lahir
Gus Dur, nama lengkapnya adalah Abdurrahma
Al-Dakhil. Dia dilahirkan pada hari Sabtu di Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Ada
rahasia dalam tanggal kelahirannya. Gus Dur ternyata tidak tahu persis tanggal
berapa sebenarnya dia dilahirkan.
Sewaktu kecil, saat dia mendaftarkan
diri sebagai siswa di sebuah SD di Jakarta, Gus Dur ditanya,
" Namamu siapa Nak?" "Abdurrahman," jawab Gus
Dur.
"Tempat dan tanggal lahir?' "Jombang ...," jawab
Gus Dur terdiam beberapa saat.
"Tanggal empat, bulan delapan, tahun 1940," lanjutnya
Gus Dur agak ragu sebab dia menghitung dulu bula kelahirannya. Gus
Dur hanya hapal bulan Komariahnya, yaitu hitungan berdasarkan perputaran bulan.
Dia tidak ingat bulan Syamsiahnya atay hitungan berdasarkan perputaran
matahari.
Yang Gus Dur maksud, dia lahir bulan Syakban,
bulan kedelapan dalam hitungan Komariag. Tetapi gurunya menganggap Agustus, yaitu
bulan delapan dalam hitungan Syamsiah.Maka sejak itu dia dianggap lahir pada tanggal
4 Agustus 1940. Padahal sebenarnya dia lahir pada 4 Syakban 1359 Hijriah atau
7September 1940.
17. Santri Dilarang Merokok
"Para santri dilarang keras
merokok!" begitulah aturan yang berlaku di semua pesantren, termasuk di
pesantren Tambak Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur pernah nyatri. Tapi,
namanya santri, kalau tidak bengal dan melanggar aturan rasanya kurang afdhol.
Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di
pesantren itu tiba-tiba padam. Suasana pun jadi gelap gulita. Para santri ada
yang tidak peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang terlihat jalan-jalan
mencari udara segar. Di luar sebuah rumah, ada seseorang sedang duduk-duduk
santai sambail merokok.
Seorang santri yang kebetulan melintas
di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan itu.
"Nyedot, Kang?" sapa si santri sambil menghampiri
"senior"-nya yang sedang asyik merokok itu. Langsung saja orang itu memberikan
rokok yang sedang dihisapnya kepada sang "yunior". Saat dihisap, bara
rokok itu membesar, sehingga si santri mengenali wajah orang tadi. Saking takutnya,
santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjamannya.
"Hai, rokokku jangan dibawa!" teriak Kiai Fatta.
18. Doa Mimpi Matematika
Jauh sebelum menjadi presiden, Gus Dur
dikenal sebagai penulis yang cukup produktif. Hampir tiap pekan tulisannya muncul
di koran atau majalah. Tema tulisannya pun beragam, dari soal politik, sosial,
sastra, dan tentu saja agama.
Dia pernah mengangkat soal puisi yang ditulis
oleh anak-anak di bawah usia 15
tahun yang dimuat majalah Zaman. Kata Gus Dur, anak-anak itu
ternyata lebih
jujur dalam mengungkapkan keinginannya.
Enggak percaya? Gus Dur membacakan puisi
yang dibuat Zul Irwan Tuhan …
berikan aku mimpi malam ini
tentang matematika
yang diujikan besok pagi
19. Obrolan Hari Jumat
Pernah suatu ketika Gus Dur di ruang kerjanya
di Istana Merdeka menerima Mohammad Sobary, peneliti dari LIPI, kolumnis dan
pernah menjadi pemimpin Kantor Berita Antara dan Djohan Effendi (Kepala Litbang
Departemen Agama).
Hampir sepanjang hari Gus Dur
berbincangbincang dengan kedua sahabatnya tersebut. Sobary sempat menjadi
moderator ketika berlangsung dialog antara Gus Dur dengan masyarakat seusai
shalat Jumat di Masjid Baiturrahim (Masjid Istana Kepresidenan).
Sobary lantas mengulang cerita Gus Dur tentang hal lucu yang
terjadi di sekitar Gus Dur selama masa istirahat. Sebelum shalat Jumat, Gus Dur
dari ruang kerjanya menelepon Menteri Agama di kantornya.
Kebetulan yang mengangkat telepon di kantor
Menteri Agama adalah seorang staf menteri.Dialognya demikian:
Gus Dur: Hallo, saya mau bicara dengan Menteri Agama Staf
Departemen Agama: Ini siapa?
Gus Dur: Saya Abdurrahman Wahid
Staf Departemen Agama: Abdurrahman Wahid siapa?
Gus Dur: Presiden.....
20. Dua Gus Adalah Musuh Orba
Di kalangan Nahdliyin, Gus adalah julukan
bagi anak kiai yang mereka hormati . Panggilan hormat itu tetap melekat, bahkan
sampai si anak sudah jadi bapak atau kakek. Begitulah, menurut Gus Dur, ada Gus
Nun, Gus Mus, dan lain-lain-anpa menyebut diri sendiri.
Lain sikap hormat kalangan Nahdliyin,
lain pula pandangan pemerintah Orde Baru. Yang terakhir ini tak suka dengan
para Gus itu, terutama yang kritis terhadap kekuasaan.
Kekritisan Gus Dur terhadap pemerintah Orde Baru mengakibatkan ia
"dikucilkan."
Gus Nun sering ngomong pedas, maka dianggap musuh pemerintah juga.
Tapi , kata Gus Dur, di acara jamuan
makan malam bersama tamu-tamunya, sebenarnyaada satu "Gus" lagi yang
tidak disukai pemerintah.
Para tamu pun penasaran, dan menunggu Gus
siapa lagi gerangan yang dimaksud.
"Gusmao...," ungkap Gus Dur menyebut nama belakang Kay
Rala Xanana (sekarang Presiden Timor Leste), pemimpin Fretilin yang saat itu
masih di penjara.
21. Gus Dur dan UU Pornografi
Humor ini muncul saat Dewan Perwakilan
Rakyat akan mengesahkan Rancangan Undang-undang Pornografi menjadi undangundang
pada pertengahan 2008. Berbagai pro dan kontra berkembang. Demonstrasi
dimana-mana.Gus Dur yang terkenal sebagai tokoh kebebasan berpikir, tidak ambil
pusing. Bagi dia, di dalam Islam pun telah ada porno.Jadi tidak perlu diperdebatkan.
Berikut cerita mengenai 189 Gaya Bersetubuh yang dikutip dari berbagai sumber:
Ketika semua pihak berteriak musnahkan
pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena tidak sesuai dengan syariat
Islam, Gus Dur justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha mengambil contoh dari
sisi pandangan Islam tentang porno tersebut. Misalnya saja ketika Gus Dur
menjawab interview, Gus Dur menyebut kitab Raudlatul Mu’aththar sebagai korban
tentang kesalahan memandang pengertian daripada kata porno.
“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar
(Kebun Wewangian) itu merupakan kitab Bahasa Arab yang isinya tata
cara
bersetubuh dengan 189 gaya."
"Kalau begitu, kitab itu cabul dong?”
22. Becak Dilarang Masuk
Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah
bercerita kepada Menteri Pertahanan saat
itu, Mahfud MD, tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan
cerdik. Cerita ini masuk dalam buku Setahun bersama Gus Dur, Kenangan Menjadi
Menteri di Saat Sulit. Ceritanya, ada tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki
oleh polisi ketika melanggar rambu “becak dilarang masuk”.
Tukang becak itu masuk ke jalan yang
ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak
boleh dimasuki becak.
“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tidak
boleh masuk jalan ini,”
bentak polisi.
“Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong. Becak
saya kan ada yang mengemudi,” jawab si tukang becak .
“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada
tulisan bahwa becak dilarang masuk,” bentak pak polisi lagi.
“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka
saya jadi polisi seperti
sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti ini,” jawab si tukang
becak sambil cengengesan.
23. Radio Islami
Seorang Indonesia yang baru pulang menunaikan
ibadah haji terlihat marahmarah. “Lho kang, ngopo ngamuk-ngamuk mbanting radio?
(Kenapa ngamuk-ngamuk membanting radio?)” tanya kawannya penasaran.
“Pembohong! Gombal!” ujarnya geram.
Temannya terpaku kebingungan.
Humor Gusdur 16-26