27. NU Diskon
Suatu hari, di bulan Ramadan, Gus Dur bersama
seorang kiai lain (kiai Asrowi) pernah diundang ke kediaman mantan presiden
Soeharto untuk buka bersama.Setelah buka, kemudian salat Maghribberjamaah.
Setelah minum kopi, teh dan makan, terjadilah dialog antara Soeharto dan Gus
Dur.
“Gus Dur sampai malam di sini?”
“Engga Pak! Saya harus segera pergi ke ‘tempat lain’.”
“Oh iya ya ya… silaken. Tapi kiainya kan ditinggal di sini ya?”
“Oh, iya Pak, tapi harus ada penjelasan.”
“Penjelasan apa?”
“Salat Tarawihnya nanti itu ngikutin NU lama atau NU baru?”
Soeharto jadi bingung, baru kali ini dia mendengar ada NU lama dan
NU baru.
Kemudian dia bertanya. “Lho NU lama dan NU baru apa bedanya?”
”Kalau NU lama, Tarawih dan Witirnya itu 23 rakaat,” kata Gus Dur.
“Oh iya iya ya ya… ga apa-apa….”
Gus Dur sementara diam.
“Lha kalau NU baru?” tanya Soeharto.
“Diskon 60 persen. Salat Tarawih dan Witirnya cuma tinggal 11
rakaat.” Semua tamu buka puasa langsung tertawa.
28. Che Guevara
Guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi Presiden
RI, saat berkunjung ke Kuba dan bertemu dengan Fidel Castro.
Saat itu Fidel Castro mendatangi hotel
tempat Gus Dur dan rombongannya menginap selama di Kuba. Dan mereka pun terlibat
pembicaraan hangat, menjurus serius. Agar pembicaraan tidak terlalu membosankan,
Gus Dur pun mengeluarkan jurus andalannya, yaitu guyonan.
Beliau bercerita pada pemimpin Kuba,
Fidel Castro, bahwa ada 3 orang tahanan yang berada dalam satu sel. Para
tahanan itu saling memberitahu bagaimana mereka bisa sampai ditahan di situ.
Tahanan pertama bercerita, “Saya dipenjara karena saya anti dengan Che Guevara.”
Seperti diketahui Che Guevara memimpin perjuangan kaum sosialis di Kuba.
Tahanan kedua berkata geram, “Oh kalau
saya dipenjara karena saya pengikut Che Guevara!” Lalu mereka berdua terlibat perang
mulut. Tapi mendadak mereka teringat tahanan ketiga yang belum ditanya.
“Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di
sini?” tanya mereka berdua kepada tahanan ketiga. Lalu tahanan ketiga itu
menjawab dengan berat hati, “Karena saya Che Guevara.”
Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak mendengar guyonan Gus Dur
tersebut.
29. Siapa yang Paling Berani
Di atas geladak kapal perang US Army tiga pemimpin negara sedang
“berdiskusi” tentang prajurit siapa yang paling berani. Ehkebetulan di sekitar
kapal ada hiu-hiu yangsedang kelaparan lagi berenang mencari makan …
Bill Clinton: Kalau Anda tahu … prajurit kami adalah yang
terberani di seluruh dunia …
Mayor .. sini deh … coba kamu berenang keliling ini kapal sepuluh
kali.
Mayor: (walau tahu ada hiu) siap pak, demia
“The Star Spangled Banner” saya siap ,,,
(akhirnya dia terjun dan mengelilingi kapal 10 kali sambil dikejar
hiu).
Mayor: (naik kapal dan menghadap) Selesai pak!!! Long Live
America!!
Clinton: Hebat kamu, kembali ke pasukan!
Koizumi: (tak mau ketinggal, dia panggil
sang sersan) Sersan! Menghadap sebentar
(sang Sersan datang) … coba kamu keliling
kapal ini sebanyak 50 kali … !
Sersan: (melihat ada hiu … glek … tapi) forthe queen I’am ready to
serve!!! (pekik sangsersan, kemudian membuka-buka baju lalu terjun ke laut dan
berenang keliling 50 kali… dan dikejar hiu juga).
Sersan: (menghadap sang perdana menteri) GOD save the queen!!!
Koizumi: Hebat kamu … kembali ke tempat
… Anda lihat Pak Clinton … Prajurit saya lebih berani dari
prajurit Anda … (tersenyum dengan hebat …)
Gus Dur: Kopral ke sini kamu … (setelah dayang …) saya perintahkan
kamu untuk terjun ke laut lalu berenang mengelilingi kapal perang ini sebanyak
100 kali … ok?
Kopral: Hah … Anda gila yah …! Presiden nggak punya otak … nyuruh
berenang bersama hiu … kurang ajar!!! (sang Kopral pun pergi meninggalkan sang
presiden …)
Gus Dur: (Dengan sangat bangga) Anda lihat Pak Clinton dan Pak …
Cumi Cumi … kirakira
siapa yang punya prajurit yang paling BERANI!!! … Hidup Indonesia
… !!!
30. Tiga Polisi Jujur
Gus Dur sering terang-terangan ketika mengritik.
Tidak terkecuali ketika mengkritik
dan menyindir polisi. Menurut Gus Dur di negeri ini hanya ada tiga
polisi yang jujur. “Pertama, patung polisi.
Kedua, polisi tidur.
Ketiga, polisi Hoegeng
(mantan Kapolri).”
Lainnya? Gus Dur hanya tersenyum.
31. Membuat Orang-Orang Berdoa
Di pintu akherat seorang malaikat
menanyaiseorang sopir Metro Mini. “Apa kerjamu
selama di dunia?” tanya malaikat itu.
“Saya sopir Metro Mini, Pak.” lalu
malaikatitu memberikan kamar yang mewah untuksopir Metro tersebut dan peralatan
yangterbuat dari emas. Lalu datang Gus Dur dengan dituntun ajudannya yang
setia.
“Apa kerja kamu di dunia?” tanya malaikat kepada Gus Dur.
“Saya presiden dan juga juru dakwah Pak…”
lalu malaikat itu memberikan kamar yang kecil dan peralatan dari
kayu. Melihat itu Gus Dur protes.
“Pak kenapa kok saya yang presiden sekaligus
juru dakwah mendapatkan yang
lebih rendah dari seorang sopir Metro..?”
Dengan tenang malaikat itu menjawab: “Begini Pak… Pada saat Bapak
ceramah, Bapak membuat orang-orang semua ngantuk dan tertidur… sehingga
melupakan Tuhan. Sedangkan pada saat sopir Metro Mini mengemudi dengan ngebut,
ia membuat orang-orang berdoa…”
32. Bukan Saya
Di sebuah sekolah dasar di Los Palos, Timtim,
seorang sersan kepala yang galak jadi guru pengganti. Kali ini dia mengajarkan sejarah
kemerdekaan RI untuk anak-anak kelas III. Untuk menguji daya tangkap para muridnya,
ia bertanya dengan suara keras,“Coba, siapa yang menurunkan bendera merah,
putih, biru, di Hotel Oranye Surabaya?”
Murid-murid yang terlanjur dicekam
rasa ketakutan serentak menjawab, “Bukan saya, Pak. Jangan tangkap saya!”
33. Iklan Gratis
Handoyo ‘Gus Pur’ epigon Gus Dur
bernafas lega ketika dipertemukan dengan tokoh aslinya yaitu Gus Dur, saat
program Kick Andy yang diputar di Metro TV, Kamis 15/11/2007.
“Apakah Handoyo pernah minta ijin langsung kepada Anda untuk
menjadi Gus Dur dalam Republik Mimpi?” tanya Andy F. Noya, host program itu,
kepada Gus Dur.
“Abis gimana lagi, yah anggep saja sudah,” jawab Gus Dur enteng.
Dalam kesempatan itu, Gus Dur mengaku senang
dengan adanya tokoh Gus Pur dalam parodi politik itu. “Itung-itung advertensi (iklan)
gratis,” katanya disambut gelak tawa penonton.Bahkan ketika ditanya lebih
ganteng siapa antara Gus Dur dan Gus Pur. Gus Dur mengatakan Handoyo seperti
iklan film foto yang bermoto ’seindah warna aslinya’, tapi Gus Dur memplesetkannya
menjadi, “lebih indah dari warna aslinya,” kata Gus Dur.
34. Tuhan Tak Perlu Dibela
Saat kebanyakan orang saling menunjukkandiri sebagai ‘pihak yang
paling garang’ dan‘paling ngotot’ mengatakan diri mereka adalah sedang dalam
perlawanan membela agama Tuhan. Jelas ini adalah sikap yang lagi-lagi gegabah.
“Tuhan nggak perlu dibela,” jawaban GusDur kala itu. Karuan saja
omongan itu jugamenimbulkan kontroversi. Hingga akhirnya teman Gus Dur, KH
Mustafa Bisri pun ikut angkat bicara.
“Tuhan itu sebenarnya nggak butuh kita.
Kalau se-Indonesia ini mau jadi kafir semua, Tuhan juga nggak akan
bermasalah,”
sambung Gus Mus menguatkan pernyataan Gus Dur
35. Presiden Wisatawan
Teladan yang diberikan Gus Dur sangat banyak.
Misalnya saja saat memberikan pidato di Jerman yang ikut serta mantan Presiden
Indonesia BJ Habibie. Di situ Gus Dur runtut menyebutkan status kepresidenan
dari masa Pak Karno sampai dirinya.
“Pak Karno itu presiden yang negarawan,
Pak Harto hartawan, Pak Habibie, sedang
saya sendiri Wisatawan,” ujar Gus Dur jujur.
Pernyataan Gus Dur itu mungkin untuk menanggapi berbagai
pernyataan bahwa selama dia menjabat presiden gemar melancong/kunjungan ke luar
negeri
36. Pikiran Porno
Dalam suatu kesempatan Gus
Durmengeluarkan sebuah pernyataan yang
sebenarnya tidak dimaksudkan untuk menghina. Namun dengan itu
bagian dari upaya Gus Dur menyampaikan joke.
“Alquran itu kita suci yang paling p o
r n o. Ya kan bener, di dalamnya ada kalimat menyusui. Berarti mengeluarkan
tetek. Ya udah, cabul kan?”
Mungkin dengan hanya kalimat guyonan itu sebagian masih ada yang
merasa diresahkan. Masa sih ulama yang terkenalwali kaya gitu? Maka, di lain
waktu Gus Dur mengulangi penjelasannya dengan memilih bahasa yang lebih sopan.
“Maksudnya, itu ayat jadi por no kalau
yang baca lagi punya pikiran yang ngeres. Kalaunggak, ya udah. Berarti beres.”
Masih nggak puas. Karenanya pertanyaan berikutnya segera menyusul.
“Tapi Gus,
Alquran kan bahasanya sopan?”
“Betul, juga bahasa di luar Alquran
banyak yang sopan. Tapi, waktu teman saya naik
bus, lihat orang lagi bunting. Terus dia mbatin kenapa bisa
bunting? Mendadak ‘barangnya’ (alat kelaminnya) berdiri garagara pikirannya
itu,” jawab Gus Dur. Ya, begitulah Gus Dur
37. Olimpiade
Hampir tak ada negara yang rela ketinggalanmengikuti Olimpiade .
Acara empat tahunan itu merupakan salah satu cara promosi negara masing-masing.
Dan tentu saja, peristiwa ini juga sangat bergengsi karena acara ini diliput
oleh semua media massa negara peserta. Wajarlah kalau setiapnegara berusaha
mengirimkan atletterbaiknya, dengan harapan mereka bisamendapatkan emas.
Begitulah sambutan Gus Dur saat melepas tim Indonesia ke Olimpiade Sidney yang
baru lalu.
Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa yang pernah terjadi di
Suriah. Pada waktu Olimpiade beberapa tahun yang lalu, tuturnya, kebetulan pelari
asal Suriah merebut medali emas. Sang pelari mampu memecahkan rekor tercepat
dari pemenang sebelumnya, bahkan selisih waktunya pun terpaut jauh.
Maka, dia langsung dikerubuti wartawan karena punya nilai berita
yang sangat tinggi.
“Apa sih rahasia kemenangan anda?” tanya wartawan.
“Mudah saja,” jawab si pelari Suriah, enteng,
“Tiap kali bersiap-siap akan start, saya membayangkan ada serdadu
Israel di belakang saya yang mau menembak saya.”
38. Salad
Gus Dur nggak mati akal kalau urusan melucu.
Bahkan, guyonan Gus Dur pun juga diucapkan dalam bahasa asing. Suatu ketika Gus
Dur bercerita tentang ada seorang pejabat negara ini yang diundang ke luar negeri.
Dia lalu mengisahkan seorang istri
pejabat Indonesia yang dijamu makan malam dalamsebuah kunjungan ke luar negeri.
Dalam kesempatan itu, kata Gus Dur, si nyonya pejabat ditawarkan makanan pembuka
oleh seorang pramusaji, “you like salad, madame?”
“Oh sure, I like Salat five time a day. Shubuh, Dzuhur, Asyar,
Maghrib and Isya,” jawab si Nyonya percaya diri.
39. Gus Dur Ngelu
“Saya mau bertanya sama Pak Permadi
dan para hadirin.” kata Sutradara Film Garin Nugroho dalam wayangan. Biasanya,
tokohtokoh baik itu kalau situasinya susah pada berubah semua. Petruk misalnya,
ketika mau jadi raja tiba-tiba berubah wataknya.Permadi yang ditanya Gus Dur
yang mnejawab. Ia membenarkan bahwa watak Petruk berubah ketika ia mau menjadi
raja.
“Makanya, kalau mencari pemimpin mestinya yang tak gampang
berubah,” tambah Gus
Dur.
“Kalau menurut Pak Permadi, Gus Dur itu berubah tidak? celetuk
seorang hadirin.
“Ya, agak berubah,” jawab Permadi.
“Misalnya dalam hal apa?”
“Misalnya, kalau dulu Gus Dur itu masih suka kumpul-kumpul dengan
saya, sekarang hampir tidak pernah lagi.”
“Kalau itu sih sebabnya sederhana,” sahut Gus Dur.
“Sederhana bagaimana Gus?” kejar hadirin.
“Ngelu (pusing).”
40. Anggur Mukti Ali
Pada kunjungan keliling Eropa bulan Februari
2000, Gus Dur ketemu para kepala negara/pemerintahan. Dia antara lain ketemu Presiden
Perancis Jacques Chirac. Untuk mencairkan suasana, seperti biasa, dia memasang
jurus ampuhnya: humor. Dan tentu saja guyonan yang dipilihnya adalah sedikit
banyak ada sangkutannya dengan tuan rumah.
Menurut Gus Dur, pada tahun 1970-an di
Indonesia mulai diupayakan dialog antaragama. Penggagasnya adalah Prof Mukti
Ali, waktu itu menteri agama.“Saya sangat setuju dengan prinsipnya, tapi tidak
setuju dengan contoh yang diberikanMukti Ali,” ujar Gus Dur.
“Mengapa?” tanya Presiden Chirac, mulai heran.
“Menurut Mukti Ali, semua agama itu sama saja; sama bagusnya, sama
luhurnya. Ini saya setuju. Tapi dia memberi contoh dengan menyebut anggur. Ini
saya tidak setuju. Sebabm, kata Mukti Ali, agama-agama itu seperti anggur. Bisa
dimasukkan ke gelas yang pendek, yang lonjong, yang bulat dan sebagainya, tapi
isinya sama saja; anggur.”
“Lho, mengapa Anda tidak setuju?” tanya Chirac, belum paham juga.
“Sebab anggur itu macam-macam, wadahnya juga macam-macam. Tidak
bisa sembarangan.”
“Ya, betul, betul,” kata Chirac sambil tertawa. “Saya tahu benar
tentang hal itu sebab saya orang Prancis.”
41. Siapa Lebih dekat denganTuhan
Perbedaan dalam berbagai hal termasuk aliran
dan agama, kata mantan Presiden RI ini, sebaiknya diterima karena itu bukan
sesuatu masalah. Jika sudah bisa menerima perbedaan maka akan lebih terbuka
dalam berdialog, bahkan kata Gus Dur, lahir lelucon seperti yang dilontarkan
seorang kyai, bhiksu, dan pendeta.
“Pendeta mengatakan; Kami dekat sekali
dengan Tuhan. Jadi kami memangil Tuhan Anak, Tuhan Bapak. Si bhiksu menimpali;
Kami juga dekat. Bukan manggil Bapak,
tapi Om. Lha bagaimana dengan Anda, pak kyai?Pak Kyai menjawab; Boro-boro
deket, manggil-nya aja mesti pake menara,” urai Gus Dur diiringi tawa seisi
ruangan.
23:04,
27/03/12
Ahmad
Jamaludin
greenourheart
Ucapan Terima kasih
pada sumber-sumbertulisan yakni:
holistikasaya.wordpress.com
okezone.com
gusdur.net
marhendraputra.co.cc
Humor Gusdur 27-41